Translate

Selasa, 13 Agustus 2013

TIGA PERMINTAAN

     Hiduplah seorang pemuda miskin, tinggal sebatangkara disebuah  gubuk reyot.
Saking miskinnya untuk makan setiap haripun dia hanya bisa mengandalkan pemberian dari majikannya saja atas balasan atau imbalan jasa kerjanya sebagai seorang penggembala kambing.
Hidupnya memang sangat menderita ditambah lagi majikannya itu seorang yang sangat kikir, pelit dan cap jahe. Entah sebutan apa yang pas untuk sang majikan yang sperti itu. Jika ia pergi menggembalakan kambing sang majikan hanya membekalinya dengan sebungkus nasi yang alakadarnya saja. Cukup garam dan sambal saja sebagai lauk pauknya. Terkadang nasi yang d iberikannyapun tak cukup untuk makan hingga sore tiba saat dia harus beranjak pulang untuk mengantar kambing gembalaannya.
     Tidak cuma sampai disitu, nasib begitu betah dan suka mempermaikannya, sang majikan yang pelit itu tidak pernah mau memberinya selembar pakaian pun kepada pemuda miskin itu. Hingga pakaiannya sudah compang camping tak karuan, kalau saja orang melihatnya hanya selintas pasti akan punya anggapan kalau pemuda itu seorang pengemis atau gelandangan atau bahkan mungkin di anggpnya orang tidak waras atau gila.
Berbagai cara sudah dilakukannya untuk bisa merubah keadaannya yang miskin. Tetapi tetap saja ia tidak juga beranjak menjadi kaya. Jangankan jadi kaya untuk keperluan makan saja tidak ada perubahan sama sekali. Tetap saja harus menunggu belas kasihan dari sang majikan. Hingga suatu hari ia jatuh sakit karena kelelahan dan tekanan pikiran yang berat.
     Sedangkan sang majikan tidak perduli sama sekali, jauh dari kata dan rasa iba apalagi mau merawatnya, hanya sekedar menengokpun sang majikan tidak mau. Selama beberapa hari si pemuda miskin inipun berjuang keras menahan rasa lapar dan sakitnya. Tuhan memang baik seseorang telah digerakan hatinya untuk datang ke gubuknya, memberinya makan dan membantu merawatnya, ahirnya sipemudap sembuh dari sakitnya. Ia berterimakasih kepada tetangganya yang sudah dengan ikhlas membantu dan merawatnya hingga ia sembuh dari sakit.
     Setelah sembuh dari sakit pemuda miskin itu tidak datang ke tempat majikannya untuk menggembala seperti biasanya, pemuda itu malah pergi kehutan belantara, ia putus asa, ia membuang dirinya sudah bulat tekadnya tidak akan mau lagi kembali kekampungnya lebih baik dia mati dimakan harimau atau srigala.
Dihutan itu dia duduk dibawah sebuah pohon besar, matanya ditutup rapat-rapat, duduk bersemedi seperti seorang yang sedang bertapa. Dari hari kehari terus begitu sudah tidak perduli lagi dengan rasa lapar yang mendera perutnya. Tidak dihiraukannya tubuhnya yang mulai melemah dia tetap duduk tak bergeser sedikitpun. Dan akhirnya dia tertidur lelap dalam tidurnya dia bermimpi bertemu seorang kakek yang memberikannya tiga buah batu yang sangat bagus dan batu itu adala batu ajaib untuk memohon tiga buah permintaan. Karena girang dan senang dalam mimpi itu dia berteriak-teriak hingga benar-benar terbangun, ajaib…!!! batu yang tiga butir itu benar – benar ada. Sipemuda  terbelalak matanya dan segera diambilnya tiga buah batu yang tidak seberapa besar itu. Diamatinya dengan seksama, indah dan sangat licin. Segera dimasukannya ketiga buah batu seukuran telur ayam kampung itu kedalam kantong bajunya.
     Tiba-tiba terdengar suara seseorang tanpa wujud “Buatlah tiga permintaan apa saja dan setiap 1 permintaan maka kamu harus melempar satu buah batu itu…lakukan saja sesukamu kapan saja, segeralah pulang kerumahmu sekarang !!!”. Kaget, takut bercampur senang si pemuda segera pulang kerumahnya. Sepanjang jalan dia bersiul dan senyam-senyum. Sudah terbayang di otaknya akan menjadi orang kaya. Dia terus berusaha menyempurnakan keinginannya agar tidak salah saat menyebutkan keinginannya. Dihatinya dia berkata” keinginan pertama aku mau jadi orang kaya raya, kemudian aku mau menjadi seorang raja, karena kekayaan tanpa kekuasaan akan terasa tidak berguna dan yang ke tiga aku mau semua orang tunduk dan patuh atas segala perintahku. Sesampainya dirumah si pemuda bersegera membuka batu yang dimasukannya kedalam saku bajunya, lalu dia memilih halaman belakang rumah yang sepi dan lebat dengan pepohonan, agar tidak ada orang yang melihat dengan apa yang akan dilakukannya.
     Diambilnya sebuah batu dari saku bajunya, dia berdiri dengan khidmat sambil memejamkan matanya, tiba-tiba pikirannya bimbang dengan apa yang di inginkannya,” apa…sebaiknya aku minta uang yang banyak saja ya…dengan uang aku bias membeli apapun termasuk harga diri…” dia bergumam pada dirinya sendiri, pikirannya tambah bingung. Beberapa saat dia hanya berdiri mematung. Kemudian terucap dari bibirnya…”aku ingin banyak….” Belum selesai ucapannya tiba-tiba seekor lebah menyambar kupingnya”stak…!!!” kontan saja batu ditangannya terlempar dan terucap dari bibirnya”aku ingin banyak kuping….ku…!!!”. Dia terjatuh karena saking kaget dan sakitnya disengat lebah. Saat terbangun dari jatuhnya si pemuda sangat kaget dan ketakutan mendapati sekujur tubuhnya penuh dengan kuping seperti jamur kuping menutupi pohonnya.” Ya Tuhan kenapa jadi begini….?” Sipemuda bersedih setelah mendapati dirinya seperti itu. Dirogohnya batu kedua yang ada didalam sakunya. Dengan segala kegusaran diapun kembali berdiri dan segera melempar batu kedua sambil berteriak “aku ingin hilang semua kuping-kupingku…!”. Keajaibanpun terjadi, semua kuping yang tumbuh menutupi seluruh tubuhnya hilang dengan seketika, sipemuda gembira dan kegirangan, tetapi dia baru sadar kalau dirinya harus punya kuping sebagai alat pendengar dan pelengkap tubuhnya yang Tuhan ciptakan. Dengan segala rasa bimbang dirabanya kedua kupingnya…dan “aaarrrggggghhhhhh…..!!! kupingku tidak ada semua…”. Diapun menangis meratapi kebodohannya dalam bertindak. Akhirnya dia mengambil batu yang ketiga. Batu terakhir untuk sebuah permintaannya. Dengan airmata berlinang dia kembali berdiri dan siap melempar batu, hanya tinggal satu permintaan lagi yang dia punya, dia sadar betapa berharganya hidup yang Tuhan berikan kepadanya dengan kelengkapan tubuhnya sebagai manusia,kemudian dia berucap dengan lirih “Wahai Tuhannya manusia…ampuni aku atas segala kebodohanku, seperti apapun kemiskinan yang aku derita itu adalah sebuah ujian kesabaran bagiku yang pasti aku harus tetap ada dijalnMu, ya Tuhan aku ingin kembali punya sepasang kuping seperti saat engkau ciptakan aku dengan tubuhku yang sempurna…” dilemparnya batu terakhir itu dan diapun kembali memiliki kuping. Tamat.

Somoga cerita ini ada manfaatnya ya….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar