Digelapnya malam pada tepian sebuah jurang
yang luput dari pandangan manusia lainnya “Bugh…Jebret…!” beberapa kali pukulan
terus mendarat dimuka,uluhati,dagu dan entah dibagian tubuh mana lagi.Terus
tanpa ampun sesosok tubuh yang sudah tidak berdaya itu terus menerima pukulan
,tendangan dan segala jenis penganiyaan yang tanpa sanggup dihindarinya,bukan
karena tidak bisa melawan atau membela diri tetapi karena tubuh itu
terikat.Tangannya di ikat seutas tambang dan ditekuk kebelakang,wajahnya sudah
berlumuran darah suaranya sudah nyaris tak terdengar dengan jelas antara rintihan dan teriakannya,hanya kata –
kata makian saja yang jelas terdengar dari segerombolan orang-orang yang
menyiksanyanya tanpa ampun,makian yang kotor yang tak pantas keluar dari mulut
manusia.
Sepertinya mereka tidak puas hanya dengan
memukuli dan menendanginya saja tiba – tiba salah seorang dari mereka
berteriak” Hey kawan – kawan sepertinya akan lebih sangat mengasikan kalau
Anjing budug tak tahu diri ini kita bakar hidup-hidup sekalian biar arwahnya
gentayangan tidak bisa mati dengan sempurna…hahahaha….!”sesaat mereka berhenti
lalu saling pandang satu dengan yang lainya sambil saling menyeriangai buas
seolah – olah menemukan satu puncak kepuasan yang tiada tara
lalu tiba – tiba “hahaha…hahaha..ha..ya! benar…benar kita bakar saja hidup-hidup
mahluk sialan yang menjijikan ini!” kemudian salah satu dari mereka menjambak
rambut sosok yang sudah tidak berdaya itu lalu digusur dan diseretnya tubuh
yang sudah babak belur tak karuan, mereka beramai-ramai memaksa tubuh itu untuk
berdiri lalu disandarkannya pada tepian dinding karang dan dihadapkannya tubuh
itu kemulut jurang.
Salah seorang dari gerombolan itu berlari
ke arah mobil yang mereka parkir tidak begitu jauh dari tempat dimana mereka
melakukan penganiyaan,sebuah jerigen kecil ukuran lima liter ditentengnya “Hey kalian lihat
sebenarnya aku sudah menyiapkan ini..memang sejak awal aku sudah ingin membakar
hidup – hidup tikus got busuk ini!”. Dengan penuh semangat dan riang gembira mereka
tumpah kan
cairan bensin diatas kepala orang yang mereka hajar ramai – ramai itu dan
bluph!...apipun menyala membalut tubuh sosok tak berdaya itu teriakan demi
teriakan terus melolong dari sosok itu,tetapi mereka terus tertawa memecah
malam seolah tek perduli dengan kesakitan orang yang mereka perlakukan dengan
sadis.
Sejengkal…dua jengkal…tubuh itu terus
meronta dan akhirnya tanpa bisa dihindari lagi tubuh berbalut api itupun tenjun
bebas kemulut jurang yang dibawahnya bergemuruh suara ombak lautan membentur
karang…jeritannya menggema membawa sejuta rasa sakit membawa sejuta rasa
benci,geram dan dendam..semakin menjauh jeritan itu…dan akhirnya hilang sirna
bersama deburan ombak dibawahnya.
Sementara sebelas orang gerombolan yang
menyiksanya masih tertawa – tawa dengan puas dan penuh rasa kemenangan…tawa
yang berbaur dengan angin pantai ditepian jurang karang hitam laut selatan,tawa
yang menggema membawa petaka dan syair – syair nyanyian iblis.Mata mereka berair
bukan karena sedih, tapi mereka puas dengan tawa hingga nanar…mereka berpelukan
seolah mereka merayakan sebuah kemenangan yang sangat besar…!mereka puas…!puas
dan sangat puas!.Malam terus berlalu dengan keheningan yang menggiriskan suara
burung hantu menambah getirnya malam dalam pelukan dingin dan kencangnya
angin,ombak laut terus bergemuruh memburu membabi buta seakan ingin
meluluhlantakan tebing karang terjal yang angkuh berkacak pinggang ditepian….
Sebelas mahluk manusia tak berhati itupun
mulai turun dari bukit karang hitam, tiga mobil yang mereka kendarai berjalan
beriringan sedikit terseok menapaki terjalnya bebatuan karang hitam
dipenghujung malam.Suara mesinnya meraung-raung memperjelas kepuasan biadab
yang terlampiaskan,akhirnya merekapun lari menembus gelapnya malam.Tinggal sepi
dan sunyi seperti tak pernah ada yang terjadi,seperti tak pernah ada yang
mengerti bahkan seolah terbebas dari saksi.
Padahal tak satupun kejadian di
muka bumi yang luput dari pandangan Ilahi.
Sayup – sayup Bastari mendengar sura
deburan ombak,perlahan penciumannya membaui bau laut,bau pasir dan “akh…!” dia
berusaha menggerakan badannya,sakit semua terasa begitu ngilu dan
perih.Dipaksanya sekali lagi dia menggerakan badannya hingga suaranya
terbatuk-batuk menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.Matanya pun terasa lengket
dan menyempit perlahan dicobanya untuk terbuka,tak jauh beda sakit dan perih
masih terasa di sekitar kelopak matanya.”Apakah aku masih hidup ?” Bastari
membatin perlahan matanya dibuka lagi dan mencoba mengenali dimana ia berada.”A..a..apakah
ini sebuah gua..bukankah aku dibakar dan terlempar kejurang tapi mengapa
sekarang aku berada didalam gua?” Bastari terus berusaha mencoba mengingat
setiap detail peristiwa yang menimpa dirinya malam itu.
Ingatannya kembali menerawang saat dirinya
dijegal sebelas orang tanpa ada alasan yang jelas.Tiba-tiba dia diseret dan
dipukuli kemudian diculik dilarikan ketempat yang jauh,yang menyakitkan
perasaannya bukan hanya karena pukulan dan tendangan serta makian yang
diterimanya saja tetapi yang lebih menyakitkannya orang-orang yang melakukan
penganiayaan terhadap dirinya adalah teman-temannya sendiri yang dikenalnya
dengan baik,lalu apa salahku pikir Bastari terus membatin.”selama ini aku tidak
pernah mengecewakan mereka apalagi menyakiti perasaan mereka tapi mengapa
mereka begitu tega seolah ingin menghancurkan hidupku dan begitu bernafsu untuk
menyingkirkan aku dari kehidupan ini”.Bastari remuk redam perasaannya,
airmatanya meleleh seperti seorang anak kecil yang kehilangan ibu bapaknya,
Bastari menangis sejadi-jadinya dia tidak perduli dengan rasa sakit disekujur
tubuhnya karena rasa sakit dihatinya lebih tak terperikan lagi.
Ada
bara yang menyala dihatinya membakar setiap lorong jiwanya terus menjalar berkobar
membakar setiap inci dalam tarikan nafas dan gerak geriknya.Tangisnya berhenti
airmatanya mengering karena bara dendam didadanya.”Bila kalian sanggup
merenggut kebahagiaan hidupku lalu mencampakan aku bagai sampah yang tak berguna
hingga aku terbuang dari kesenangan hidup yang lama kumimpikan…maka tunggulah
akupun akan membuang semua kebahagiaan yang kalian miliki,akan kurenggut setiap
sesuatu yang kalian anggap berharga dari kehidupan kalian…! Hingga kalian
merasa sakit sesakit-sakitnya,sedih sesedih-sedihnya…hancur sehancur-hancurnya….!
Tunggu pembalasan dariku!! aku Bastari yang tidak pernah mengenal menyerah,
apalagi putus asa…!Kalian kira kalian telah membunuhku dan menyingkirkanku
selama-lamanya tetapi kalian gagal dan salah aku masih hidup…aku masih bernafas
aku masih bisa menuntut balas dengan apa yang kalian telah lakukuan padaku ….!”.
Bastari terus berteriak-teriak seperti
orang kesurupan teriakannya tak kalah keras dengan debur ombak yang memburu
pantai,lalu dia tertawa sekuat-kuatnya tetapi tawa yang penuh kegetiran,tawa
yang berselimut kepedihan serta kebencian.
Tiba-tiba Bastari menghentikan tawanya
karena dia merasa ada suara tawa lain dari suara dirinya. Ditajamkan
pendengarannya,diedarkan pandangannya kesekitar tempat dimana dia terdiam
sekarang,suara tawa itu semakin keras dan semakin keras hingga seolah-olah
dinding gua ikut bergetar dengan suara tawa itu.
Bastari menutup kedua telinganya dengan
telapak tangan karena suara tawa itu membuat pendengarannya sakit dan menimbulkan
rasa pening di kepalanya.Suara tawa itu tiba-tiba berhenti,belum sempat Bastari
mengangkat mukanya dua pasang kaki telah tegak memagar pandangannya celana
compang – camping membungkus kedua kaki yang tegak didepannya. Bastari tersurut
mundur dari posisi duduknya mencoba tengadah untuk memandang wajah orang yang
berdiri didepannya.
Ruas lehernya sedikit terasa sakit dan
perih tetapi dia tidak perduli tetap dipaksakan mendongak untuk memandang orang
yang berdiri didepannya.Seraut wajah setengah tua dengan rambut yang gondrong
tak terawat acak-acakan menutupi sebagian wajahnya,jenggotnyapun cukup panjang
meriap-riap bersama rambutya ditiup angin laut yang menerobos lorong gua.
Wajah itu tersenyum meski lebih kelihatan
menyeringai, matanya tajam memandang raut wajah Bastari.Lama sekali menatapnya
seolah ingin menembus isi batin Bastari,mengorek apa yang sedang bergolak
didalamnya.Bastari gugup lidahnya tercekat tak sanggup berkata-kata tubuhnya
terasa menggigil seperti terserang demam tiba-tiba, tak terkendali rasa dingin
itu terus mengurung sekujur tubuhnya seperti gumpalan angin puting beliung yang
hendak menerbangkan tubuhnya.
Perlahan rasa dingin itu berkurang dan
terus berkurang,angin yang mengurung tubuhnyapun mulai menghilang dengan perlahan.Ajaib…rasa
sakit dan perih disekujur tubuhnya serta merta menghilang seolah olah tidak
pernah terluka barang sedikitpun,Bastari terhenyak kaget,bingung dan bermacam
perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata,belum sempat terpikirkan kata
apa yang harus di ucapkannya atas semua kejadian ajaib yang begitu cepat berlangsung
dihadapannya.
”Anak muda bagaimana keadaanmu sekarang ?,
siapa namamu ?”.Orang yang berdiri didepan Bastari akhirnya
bersuara.”ke..ke..adaan sa..saya baik Pak dan..na..nama saya..aa..Bastari
Pak”.Bastari mencoba menjawab walau sedikit terbata-bata karena rasa heran dan
bingung dihatinya belum hilang.”syukur kalau kau sudah membaik,kalau begitu
cobalah kau berdiri dan berjalan kedepan sana,agar
kamu bisa tau berada dimana kamu sekarang….dan berkacalah di air yang tergenang
disamping mulut gua! apakah kau masih mengenal wajahmu atau tidak ?”.Ada yang tersentak dalam
batin Bastari mendengar kata-kata orang setengah tua yang baru dikenalnya itu,”apa
yang terjadi dengan wajahku” batinnya.
Reflek jari-jari tangannya meraba wajahnya
sendiri terasa agak sedikit begelombang
di bagian wajahnya ada yang terasa kisut kasar dan …Bastari tak sanggup menahan
rasa penasaran dan kebimbangannya serta merta diapun berdiri dan langsung berlari
menuju mulut gua, dia segera menghampiri kubangan air jernih yang terletak
disamping mulut gua yang sebenarnya lebih mirip sebuah sendang.Sesampainya
disana dia menahan langkahnya sesaat ada keraguan didadanya dia termenung, tapi
rasa penasaran lebih mendera dadanya, perlahan dia jongkok ditepian sendang
dengan bertumpu pada
kedua lututnya lalu diapun duduk
diatas kedua betisnya dengan debaran jantung yang semakin membuncah, tangannya
gemetar…bibirnya bergetar…tapi dia harus berani, apapun yang terjadi dengan wajahnya dia haus
bisa ..ya..harus bisa menerimanya. Dan…alangkah terkejutnya saat dia dapati
bayangan wajahnya dimuka air. Dia
hampir tak sanggup, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wajahnya hancur berkeriput penuh dengan bekas
luka bakar yang meninggalkan kerutan-kerutan tak menentu diwajahnya. Ada lipatan
memanjang dari dahi kiri menyilang kedagu bagian kanannya.Lipatan itu begitu
jelas membentuk relief dimukanya,kelopak matanya yang kananpun agak sedikit
tertarik ke atas membentuk kerutan yang mengerikan. Sementara pipi bagian
kirinya meninggalkan cacat berlubang yang cukup dalam sehingga sebagian rahang
atasnya sedikit keliatan dan agak menonjol keluar akibat terbakar yang cukup
hebat.
Ditekan lidah kelangit-langit mulutnya, badannya
bergetar hebat menahan gejolak emosi yang menyala-nyala didadanya, hatinya
luluh lantak dunia seakan berhenti berputar semua menjadi lambat bergerak, kelopak
matanya terasa memanas. Sisi baik hatinya mengatakan untuk bersabar dan
bertawakal, meminta lidahnya untuk beristigfar, tetapi luka didadanya makin
melebar meneteskan darah dendam dan kebencian!.Lalu setan berbisik didadanya
menawarkan sebuah kerjasama berkolaborasi menebar dendam dan kenistaan
bersamanya. Dinyalakannya bara
yang sedari tadi sudah memerah dihatinya blup…! arang bara itu menyala kembali
membakar dinding hati dengan pucuk murka jilatannya…”AAAAAAAAAAAAA…..!” Bastari
berteriak, teriakan mendirikan bulu roma
kembali dia menangis sejadi-jadinya.Lalu dia berdiri gontai berlari ke
arah lautan yang ombaknya bergelora seperti ingin menelan apa saja yang
mendekatinya.
Bastari terus berteriak dia sumpahi apa
saja, dia kutukuki nasibnya bahkan dia salahkan Tuhannya”Aku tidak mau hidup
seperti ini..mengapa nasib baik tak pernah berpihak kepadaku?..apa salahku ? hey
langit dengarkan aku!.. aku tidak pernah minta dilahirkan kedunia ini…!aku
tidak pernah minta untuk jadi manusia…!Tuhan mengapa kau perlakukan aku seperti
ini?!.. apa salahku apa dosaku ?!..aku tidak pernah minta untuk jadi manusia!!!
Mengapa kau jadikan juga aku sebagai manusia kalau hanya untuk dibuat sengsara
dan menderita seperti ini???!!!! Kau sungguh tidak adil!!!..Kau membuat aku
kecewa Tuhan!!! lebih baik aku mati saja ditelan laut selatan dari pada aku
harus menanggung derita dari sesuatu yang tak pernah aku lakukan .!.aku mau
mati saja!!!!.
Bastari terus mengoceh sambil
berteriak teriak tak karuan dia terus berlari
menerjang ombak lautan dia ingin mati. Tetapi tiba-tiba..sebuah batu
sebesar ibu jari mendarat dibelakang lutut Bastari “bletak!” lalu sesosok
bayangan berkelebat menyambar tubuh Bastari yang hampir saja ambruk karena
hantaman batu tadi.
Bayangan itu melesat membawa tubuh Bastari
kembali kedalam gua lalu dijatuhkannya tubuh Bastari kelantai goa sedikit terbanting”brug”
tubuh Bastari
terhempas “Hey anak bodoh!!..apa
kau sudah tak punya otak lagi tolol?..mengapa kau ingin mati? mengapa ? mana
sumpah serapahmu untuk membalas dendam pada orang-orang yang sudah
menghancurkanmu ? mana ?!!!! apa bisa bila kamu mati membalas dendam kepada
mereka ? apa bisa ????!!! dasar tolol pake otakmu mana ada orang mati bisa
bangkit lagi lalu membalas dendam ?!
dasar goblogk kamu !!! bangkit kamu
!”. Ternyata orang setengah tua itu yang
telah menghentikan perbuatan nekat bunuh diri Bastari,rupanya orang ini bukan
orang sembarangan,nyatanya dia bisa bergerak secepat kilat seperti jagoan dalam
film-film kungfu atau film laga, ya!.. orang ini punya kemampuan ilmu beladiri
tingkat tinggi yang sudah jarang sekali dimiliki orang dizaman seperti ini,atau
bahkan mungkun sudah tidak ada yang bisa seperti itu.
Orang misterius itu terus memarahi Bastari,
diguncang-guncangnya tubuh Bastari,perlahan suaranya mulai melunak,seperti
seorang ayah kepada anaknya dipeluknya tubuh Bastari erat-erat, ada air bening
tergenang dikelopak matanya”Bastari dengarkan aku…aku tau dan sangat paham
dengan perasaanmu nak,kamu hancur berkeping-keping…kamu luluhlantak berantakan.
Hatimu pecah berkeping-keping tapi bukan berarti kamu harus menyerah dan putus
asa,kalu bukan dirimu siapa yang akan perduli dan menyusun serpihan hatimu yang
hancur nak…alangkah ruginya bila kamu mati percuma, sementara orang-orang yang
menghancurkanmu tertawa melenggang bebas disana menikmati hidup dengan penuh
kesenangan,kegembiraan suka cita..menikah…punya anak dan keturunan tinggal
dirumah-rumah mewah diperkotaan! sementara kamu disini dijurang laut selatan
mati konyol dan terlupakan…ah..betapa menyedihkannya!”.
Bastari terdiam sesaat, tangisnya
terhenti,ditatapnya wajah orang misterius itu dengan pandangan sembab”Bapak
mengapa Bapak begitu perduli dengan hidupku ? aku bukan siapa-siapa untukmu,bahkan
untuk siapapun sampai kawan-kawanku sendiripun menganiayaku dan membuangku
disini,untuk apa Bapak lakukan semua ini ? aku tak punya harta sedikitpun untuk
membalas semua kebaikan yang Bapak lakukan untukku”.Panjang lebar Bastari
bertanya pada orang tua yang duduk dihadapannya.Akhirnya mereka terlibat dialog
panjang mencoba saling mengenal satu dengan lainnya.
BERSAMBUNG..................