Hiduplah
seorang pemuda miskin, tinggal sebatangkara disebuah gubuk reyot.
Saking miskinnya untuk makan setiap haripun
dia hanya bisa mengandalkan pemberian dari majikannya saja atas balasan atau
imbalan jasa kerjanya sebagai seorang penggembala kambing.
Hidupnya memang sangat menderita ditambah
lagi majikannya itu seorang yang sangat kikir, pelit dan cap jahe. Entah
sebutan apa yang pas untuk sang majikan yang sperti itu. Jika ia pergi
menggembalakan kambing sang majikan hanya membekalinya dengan sebungkus nasi
yang alakadarnya saja. Cukup garam dan sambal saja sebagai lauk pauknya.
Terkadang nasi yang d iberikannyapun tak cukup untuk makan hingga sore tiba
saat dia harus beranjak pulang untuk mengantar kambing gembalaannya.
Tidak cuma sampai disitu, nasib begitu betah dan suka mempermaikannya,
sang majikan yang pelit itu tidak pernah mau memberinya selembar pakaian pun
kepada pemuda miskin itu. Hingga pakaiannya sudah compang camping tak karuan,
kalau saja orang melihatnya hanya selintas pasti akan punya anggapan kalau
pemuda itu seorang pengemis atau gelandangan atau bahkan mungkin di anggpnya
orang tidak waras atau gila.
Berbagai cara sudah dilakukannya untuk bisa
merubah keadaannya yang miskin. Tetapi tetap saja ia tidak juga beranjak
menjadi kaya. Jangankan jadi kaya untuk keperluan makan saja tidak ada
perubahan sama sekali. Tetap saja harus menunggu belas kasihan dari sang
majikan. Hingga suatu hari ia jatuh sakit karena kelelahan dan tekanan pikiran
yang berat.
Sedangkan sang majikan tidak perduli sama sekali, jauh dari kata dan
rasa iba apalagi mau merawatnya, hanya sekedar menengokpun sang majikan tidak
mau. Selama beberapa hari si pemuda miskin inipun berjuang keras menahan rasa
lapar dan sakitnya. Tuhan memang baik seseorang telah digerakan hatinya untuk
datang ke gubuknya, memberinya makan dan membantu merawatnya, ahirnya sipemudap
sembuh dari sakitnya. Ia berterimakasih kepada tetangganya yang sudah dengan
ikhlas membantu dan merawatnya hingga ia sembuh dari sakit.
Setelah sembuh dari sakit pemuda miskin itu tidak datang ke tempat
majikannya untuk menggembala seperti biasanya, pemuda itu malah pergi kehutan
belantara, ia putus asa, ia membuang dirinya sudah bulat tekadnya tidak akan
mau lagi kembali kekampungnya lebih baik dia mati dimakan harimau atau srigala.
Dihutan itu dia duduk dibawah sebuah pohon
besar, matanya ditutup rapat-rapat, duduk bersemedi seperti seorang yang sedang
bertapa. Dari hari kehari terus begitu sudah tidak perduli lagi dengan rasa
lapar yang mendera perutnya. Tidak dihiraukannya tubuhnya yang mulai melemah
dia tetap duduk tak bergeser sedikitpun. Dan akhirnya dia tertidur lelap dalam
tidurnya dia bermimpi bertemu seorang kakek yang memberikannya tiga buah batu
yang sangat bagus dan batu itu adala batu ajaib untuk memohon tiga buah
permintaan. Karena girang dan senang dalam mimpi itu dia berteriak-teriak
hingga benar-benar terbangun, ajaib…!!! batu yang tiga butir itu benar – benar
ada. Sipemuda terbelalak matanya dan segera
diambilnya tiga buah batu yang tidak seberapa besar itu. Diamatinya dengan
seksama, indah dan sangat licin. Segera dimasukannya ketiga buah batu seukuran
telur ayam kampung itu kedalam kantong bajunya.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang tanpa wujud “Buatlah tiga permintaan
apa saja dan setiap 1 permintaan maka kamu harus melempar satu buah batu
itu…lakukan saja sesukamu kapan saja, segeralah pulang kerumahmu sekarang !!!”.
Kaget, takut bercampur senang si pemuda segera pulang kerumahnya. Sepanjang
jalan dia bersiul dan senyam-senyum. Sudah terbayang di otaknya akan menjadi
orang kaya. Dia terus berusaha menyempurnakan keinginannya agar tidak salah
saat menyebutkan keinginannya. Dihatinya dia berkata” keinginan pertama aku mau
jadi orang kaya raya, kemudian aku mau menjadi seorang raja, karena kekayaan
tanpa kekuasaan akan terasa tidak berguna dan yang ke tiga aku mau semua orang
tunduk dan patuh atas segala perintahku. Sesampainya dirumah si pemuda
bersegera membuka batu yang dimasukannya kedalam saku bajunya, lalu dia memilih
halaman belakang rumah yang sepi dan lebat dengan pepohonan, agar tidak ada
orang yang melihat dengan apa yang akan dilakukannya.
Diambilnya sebuah batu dari saku bajunya, dia berdiri dengan khidmat
sambil memejamkan matanya, tiba-tiba pikirannya bimbang dengan apa yang di inginkannya,”
apa…sebaiknya aku minta uang yang banyak saja ya…dengan uang aku bias membeli
apapun termasuk harga diri…” dia bergumam pada dirinya sendiri, pikirannya
tambah bingung. Beberapa saat dia hanya berdiri mematung. Kemudian terucap dari
bibirnya…”aku ingin banyak….” Belum selesai ucapannya tiba-tiba seekor lebah
menyambar kupingnya”stak…!!!” kontan saja batu ditangannya terlempar dan
terucap dari bibirnya”aku ingin banyak kuping….ku…!!!”. Dia terjatuh karena
saking kaget dan sakitnya disengat lebah. Saat terbangun dari jatuhnya si
pemuda sangat kaget dan ketakutan mendapati sekujur tubuhnya penuh dengan
kuping seperti jamur kuping menutupi pohonnya.” Ya Tuhan kenapa jadi begini….?”
Sipemuda bersedih setelah mendapati dirinya seperti itu. Dirogohnya batu kedua
yang ada didalam sakunya. Dengan segala kegusaran diapun kembali berdiri dan
segera melempar batu kedua sambil berteriak “aku ingin hilang semua
kuping-kupingku…!”. Keajaibanpun terjadi, semua kuping yang tumbuh menutupi
seluruh tubuhnya hilang dengan seketika, sipemuda gembira dan kegirangan,
tetapi dia baru sadar kalau dirinya harus punya kuping sebagai alat pendengar
dan pelengkap tubuhnya yang Tuhan ciptakan. Dengan segala rasa bimbang
dirabanya kedua kupingnya…dan “aaarrrggggghhhhhh…..!!! kupingku tidak ada semua…”.
Diapun menangis meratapi kebodohannya dalam bertindak. Akhirnya dia mengambil
batu yang ketiga. Batu terakhir untuk sebuah permintaannya. Dengan airmata berlinang
dia kembali berdiri dan siap melempar batu, hanya tinggal satu permintaan lagi
yang dia punya, dia sadar betapa berharganya hidup yang Tuhan berikan kepadanya
dengan kelengkapan tubuhnya sebagai manusia,kemudian dia berucap dengan lirih “Wahai
Tuhannya manusia…ampuni aku atas segala kebodohanku, seperti apapun kemiskinan
yang aku derita itu adalah sebuah ujian kesabaran bagiku yang pasti aku harus
tetap ada dijalnMu, ya Tuhan aku ingin kembali punya sepasang kuping seperti
saat engkau ciptakan aku dengan tubuhku yang sempurna…” dilemparnya batu
terakhir itu dan diapun kembali memiliki kuping. Tamat.
Somoga cerita ini ada manfaatnya ya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar