Lanjutan
Kini
Ciung Wanara sudah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan, dengan
kemampuan ilmu kanuragan yang cukup tinggi, berkat bimbingan kedua orangtua
angkatnya dan juga Nagawiru. Ayam jantan kesayangannya tidak pernah jauh dari
dirinya, kemanapun pergi selalu saja dibawa menyertai. Suatu hari Ciung Wanara
berpamitan kepada kedua orang tuanya, ia menyampaikan keinginannya untuk pergi
ke Galuh ingin menemui sang Raja. Naluri seorang anak tidak dapat dihalangi
oleh apapun, meskipun dirinya belum tahu yang sebenarnya tetapi nuraninya tetap
mengajak berangkat untuk menjumpai sang Raja galuh. Ciung Wanara sangat
memahami tidak mudah baginya untuk bisa bertemu dengan Raja Galuh, diapun
memutar otak mencari cara untuk bisa melaksanakan keinginannya.
Berangkatlah
Ciung Wanara ke kerajaan Galuh dengan membawa serta ayam jantan kesayangannya.
Sesampainya di Galuh, Ciung Wanara bertemu dengan dua orang patih yang bernama
Purawesi dan Puragading. Kedua orang patih keraton itu tertarik melihat
penampilan ciung Wanara, yang membawa-bawa ayam jantan, akhirnya kedua patih
itu menghampiri dan mengajak adu tanding dengan ayam miliknya masing-nasing.
Ciung Wanarapun tidak menolak ajakan kedua orang patih tersebut, maka
terjadilah pertandingan sabung ayam di tengah alun-alun kota Galuh. Nasib baik
berpihak pada Ciung Wanara, ayam jantan kesayangannya memenangkan pertandingan
dan ayam kedua patih tersebut kalah sampai mati.
Karena
pada masa itu pertandingan sabung ayam sedang disukai dan digandrungi
masyarakat kota Galuh, dengan serta merta kemenangan Ciung Wanara atas ayam
milik kedua patih tersebut segera tersiar ke seantero kota Galuh hingga terdengar
sampai kekeraton. Bahwa di kota ada seorang pemuda tampan bernama Ciung Wanara
memiliki seekor ayam jantan yang tangguh. Rajapun mengutus Ki Lengser untuk
mencari pemuda tersebut. Takdir telah mempertemukan antara ayah dan anak yang
selama ini terpisah oleh fitnah jahat perbuatan Dewi Pangrenyep. Ki Lengserpun
tanpa harus bersusah payah berhasil bertemu dengan Ciung Wanara, yang kemudian
diajaknya untuk menghadap Sang Prabu Barma Wijaya Kusumah. Pucuk dicinta
ulampun tiba, hati Ciung Wanara sangat bahagia dan gembira, karena tujuannya
untuk bertemu dengan Raja Galuh akhirnya terwujud tanpa harus menemui banyak
halangan ataupun rintangan.
“Anak
muda siapa namamu dan dari mana asal mu?” Sang Prabu segera memeriksa dengan
siapa ia berhadapan saat ini. Ditatapnya wajah pemuda tampan dengan
penampilannya yang sangat sederhana tetapi tetap memikat siapapun orang yang
memanndangnya. Semakin ditatap semakin terasa ada getaran yang tak bisa
diterjemahkan oleh kata-kata. Sang Prabu merenung dalam sambil terus menatap
pemuda yang duduk bersimpuh dihadapannya. “Nama saya Ciung Wanara kanjeng
Prabu, saya berasal dari dusun Gegersunten, anak angkat dari Aki dan Nini
Balangantrang”. Setelah mendapat cukup penjelasan dari pemuda yang duduk
dihadapannya, sang Prabu Barma Wijaya Kusumahpun melanjutkan niatnya untuk
mengajak pertandingan sabung ayam dengan Ciung Wanara. Dan ajakan itupun
disambut baik oleh Ciung Wanara. Keduanya bersepakat, Jika Ciung Wanara menjadi
pemenang dalam sabung ayam itu maka setengah dari kerajaan Galuh akan diberikan
kepada Ciung Wanara dan Ciung Wanara akan di akui sebagai anaknya. Ciung Wanara akan diangkat sebagai raja yang
syah. Namun sebaliknya, jika Ciung Wanara kalah dalam pertandingan sabung ayam
tersebut, maka nyawa Ciung Wanara menjadi taruhannya, dia akan dihukum mati
sebagai bukti kekalahannya.
Dan
sabung ayampun segera berlangsung dengan seru, pada awalnya ayam milik Ciung
Wanara nampak kalah dan terdesak, bahkan....ayam itupun jatuh terkapar hampir
mati. Ciung Wanara segera mengambil ayamnya dan dibawa lari ketepian sungai
Cibarani untuk segera dimandikan agar ayamnya segar kembali. Disaat yang sedang
kritis itu Nagawirupun datang dan masuk meraga sukma ketubuh ayam milik Ciung
Wanara. Ayam itupun dengan serta merta menjadi segar dan kuat kembali. Ciung
Wanara segera kembali membawa ayamnya yang
sudah dimandikan dan pertandinganpun dilanjutkan. Kali ini berkat ada kekuatan
Nagawiru didalam tubuh ayam milik Ciung Wanara maka dengan mudah dan cepat ayam
milik Prabu Barma Wijaya Kusumahpun mulai kalah dan terdesak, bahkan ayam itu
sering lari ketakutan keluar dari arena pertandingan. Hingga akhirnya ayam
milik sang Prabu kalah dan menemui ajalnya. Ciung Wanara kembali memenangkan
pertandingan sabung ayam tersebut. Dia sangat bersyukur kepada Sang Maha
Pencipta atas segala anugrah yang telah dilimpahkannya.
Sesuai
dengan kesepakatan Prabu Barma Wijaya Kusumahp memenuhi janjinya dan mengakui Ciung Wanara
sebagai putranya yang syah. Maka kerajaan Galuhpun dibagi dua oleh sang Prabu,
setengahnya lagi diberikan kepada Hariangbanga dan diangkat pula menjadi raja
menggantikan dirinya. Segala rahasia kehidupan Ciung Wanarapun terbuka sudah
dan segala kesalahan yang dilakukan Dewi Pangrenyep terbongkar dengan
sendirinya, Setelah Ki Lengser menceritakan bahwa ibunya Dewi Naganingrum masih
ada dan di asingkan di sebuah hutan
Ciung Wanara sangat berbahagia dan segera menjemput ibundanya. Begitupun
dengan kedua orang tua angkatnya Aki dan Niini Balangantrang dibawa serta
kekeraton. Kini Ciung Wanara telah menjadi seorang raja.
Sementara
Dewi Pangrenyep, mulai hatinya ketar ketir setelah tahu kalau Ciung Wanara
adalah anak bayi yang dibuangnya dulu.
Hari-harinya jadi penuh dengan kegelisahan dan ke khawatiran. Hingga akhirnya
kegelisahan dan ke khawatirannya itupun segera terjawab dan terwujud. Prabu
Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah dilakukan oleh Dewi Pangrenyep
terhadap ibunda dan dirinya sendiri, maka segera membentuk pasukan khusus untuk
menangkap Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan yang berarti Dewi pangrenyep
segera tertangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana untuk membayar
segala kejahatan dan kekejiannya. Kini Pangrenyep
mendekam didalam penjara, menangis dan menyesal tidak mengembalikan keadaannya
dan tidak menjadikan dirinya lepas dari salah dan perbuatan kejinya. Sekalipun
menangis darah tetap Pangrenyep harus mendekam didalam penjara sebagai tebusan
atas dosanya.
Sementara
Raden Hariangbanga sangat kaget ketika
mengetahui kalau ibunda tercintanya telah ditangkap oleh tentara prabu Ciung
Wanara dan dijebloskan kedalam penjara. Pertarungan antara dua orang adik kakak
beda ibu itupun tak dapat terelakan lagi. Meskipun raden Hariangbanga sangat
sadar dengan apa yang telah dilakukan ibundanya, tetapi dia tetap ingin membela.
Pertarungan sengit terus terjadi dan raden Hariangbanga harus berlaku satria
dia kalah terdesak oleh adiknya Ciung Wanara.
Konon
menurut tutur yang beredar di masyarakat tatar Pasundan Karena kalah terdesak
dalam pertarungan tubuh raden Hariangbanga dilempar oleh Ciung Wanara hingga menyebrangi sungai
Cipamali, maka sejak itulah kerajaan galuh benar benar terbagi menjadi dua. TAMAT