Translate

Selasa, 08 April 2014

Laras Kuning

Damar, begitu nama pemuda yang sedang duduk asik memainkan Handphone kesayangannya di sudut sebuah Café, dia Nampak sedang asik menikmati sebuah permainan, sayup-sayup suara  dari hanphonenya terdengar . Damar tidak menyadarinya jika sejak dia duduk sendirian dimeja paling sudut itu ada sepasang mata lembut yang memperhatikannya dengan penuh seksama.
Perlahan si empunya mata lembut dengan bulu matanya yang lentik dan tebal itu berjalan menghampiri meja dimana Damar duduk sendirian dan masih asik dengan Handphonenya,”eeemmmm….maaf bang saya mengganggu, boleh ikut duduk  disini? Masalahnya meja lain pada penuh semua”. Damar menoleh dan meng hentikan permainan di Handphonenya,sedikit terkesima matanya langsung hinggap menatap tak berkedip pada seraut wajah cantik dihadapannya. Sangat cantik bahkan dengan tampilannya yang sederhana, rambutnya di ikat kebelakang dengan setelaln kaos hitam bergaris putih pada lengan dan krahnya, sedangkan kebawahnya memngenakan celana jeans dengan warna biru pucat dan alas kakinya sepasang sepatu kets warna putih terbuat dari bahan kain. Sangat Sporty dan cantik.
“O iya…iya..iya..silahkan”Damar agak gugup. Yang dipersilahkan senyum simpul lalu menyodorkan tangannya,”nama saya Laras, maaf kalau saya terkesan agak berani maklum tidak ada pilihan untuk mencari tempat duduk”. Gadis yang menyebut namanya Laras itu sedikit menjelaskan dengan harapan Damar tidak salah persepsi dengan dirinya. Damarpun menyambut tangan Laras dan menyebutkan namanya. Akhirnya merekapun asik berbincang menikmati sore yang cerah sehabis ngantor.
Tanpa terasa waktu terus berlalu dan sudah hampir dua tahun lamanya Damar mengenal Laras sejak pertemuan itu, yang pada akhirnya mereka menjadi semakin dekat saling menyukai dan mengagumi satu sama lain.
Suatu sore, seperti biasa mereka bertemu disebuah food court kesukaan mereka, Laras nampak agak sedikit pucat, sepertinya sedang kurang sehat.”Yang, kamu kenapa sih keliatan tidak semangat begitu, kamu sakit?”. Damar memulai perbincangan, tidak biasanya Laras nampak tidak bernafsu menyantap makanan kesukaan mereka berdua.”Agak sedikit pusing dan lemes bang”, jamwab Laras pendek  sambil memainkan sendok dimangkoknya. “Padahal besok hari minggu abang mau mengajak kamu undangan, Nia temen kantor abang menikah, Cuma agak jauh tempatnya”. Sambung Damar lagi. Yang diajak bicara hanya menatap hampa tanpa ada jawaban.”Hmmmm…kedokter yu kalau kamu merasa kurang sehat”. Damar berusaha membujuk Laras.”gak ah bang, nanti juga baikan sendiri’ laras menjawab.”Ya sudah sekarang abang anter pulang aja, biar kamu bisa istirahat”. Damar terus berusaha membujuk Laras. Seperti biasanya Laras selalu menolak ketika diantar pulang dengan alasan tempat kostnya khusus untuk putri jadi tidak di ijinkan ada pria datang karena ibu kostnya sangat disiplin.
Damar sedikit membatin,”kenapa dengan ini anak setiap diantar pulang selalu menolak, padahal sudah hampir dua tahun berpaacaran denganku…bahkan orang tua dan alamat jelasnya saja tidak  mau memberi tahuku”. Sepertinya Laras merasa apa yang dipikirkan damar, ia menggenggam  lembut tangan kekasihnya sambil berucap”Abang, sabar ya nanti kalau sudah waktunya Laras pasti kasih tahu, dimana Laras tinggal dan siapa orang tua Laras, jangan curiga begitu dong”. Damar hanya tersenyum tipis.”Iya…abang agak suka gak enak aja, tiap pulang kamu nolak di anter, gak baikkan yang pulang sendirian terus, kita hampir dua tahun bersama”. Agak menarik nafas panjang Damar membuang rasa yang kurang nyaman didadanya. “Dah beresin aja yu kita pulang, abang anter kamu sampai pertigaan dimana biasa naik angkot”. Akhirnya Damar mengajak pulang, dihatinya Damar bertekad akan mengikuti angkot yang ditumpangi Laras secara diam-diam, Damar teramat sangat merasa aneh dengan kekasihnya ini, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya, yang dirinya sama sekali tidak boleh tahu. Damar tahu betul dengan kebiasaan Laras dia tidak pernah mau ditungguin sampai angkot yang ditunggunya datang, Laras akan memaksa dirinya untuk segera pulang duluan, kali ini Damar sengaja menyusun strategi untuk pura-pura pulang duluan, dia akan berbelok kearah kanan dan memutar kembali kejalan semula untuk  mengikuti angkot yang ditumpangi Laras. Nasib lagi bagus sesampainya diperempatan dimana Laras biasa naik angkot sudah nangkring sebuah angkot berwarna hijau itu dan tanpa pikir panjang Laras segera naik dan Damarpun berlalu mendahului angkot tersebut, diam- diam Damar mencatat nomor angkot tersebut dalam ingatannya, tanpa buang waktu Damarpun menjalankan rencananya, agak ketinggalan memang, angkot yang ditumpangi Laras segera berlalu dan terhalang beberapa mobil pribadi. Ditambah hujan gerimis turun menghiasi awal malam, udara agak dingin, dan Damar tidak sempat mengenakan jas hujannya. Tidak jelas memperhatikan angkot yang agak jauh didepannya. Damar tidak putus asa terus di ikutinya angkot tersebut, tak terasa angkot sudah masuk keterminal akhir, dan sosok Laras tak nampak sama sekali. Penuh rasa penasaran Damar segera memarkirkan motornya di pinggir terminal dan segera menghampiri angkot yang di ikutinya.
Angkot sudah kosong tanpa penumpang, selain sopir yang masih duduk dibelakang setirnya. Damar segera menghampiri sopir angkot”Kang maaf numpang tanya, kalau tadi cewe yang pakai kaos biru dengan rambut di ikat turun dimana ya?”. Sopir yang ditanya agak sedikit bengong dan nampak sedikit bingung”Yang mana A ya…? Angkot saya kosong kok terakhir penumpang turun dipertigaan Katamso dan tidak ada lagi penumpang naik”, jawab sopir masih dengan nada agak keheranan dengan pertanyaan Damar. Damar agak tercenung mendengar jawaban sopir,”mmm…tadi  dipertigaan jalur pahlawan angkotnya berhentikan? Dan ada cewe satu orang naik, itu pacar saya kang”. Damar  mencoba menjelaskan kepada sopir tesebut.”O iya tadi saya ngetem sebentar disana, tapi tidak ada yang naik, salah lihat mungkin?, atau Aa pacaran sama hantu kali!”. Sopir itu menjawab sekenanya sambil keluar dari angkotnya dan berlalu begitu saja dari hadapan Damar sepertinya tidak mau berpanjang lebar melayani pertartanyaan anak muda yang tak dikenalnya.
Damar hanya bisa garuk-garuk kepala, berbagai pertanyaan dan prasangkapun bermunculan dibenak dan pikirannya, apalagi dengan kata terakhir yang di ucapkan sopir tadi”atau Aa pacaran sama hantu kali!”. Sambil memakai helmnya kembali Damarpun berlalu mengendarai motornya untuk segera pulang.
Sesampainya dirumah, Damar tidak bisa tidur, pikirannya terus kemana-mana, selama ini Laras baik-baik saja hampir dua tahun aku mengenalnya, tidak ada yang ganjil darinya selain satu, selalu menolak di ajak menemui orangtuanya dan tidak pernah mau diantar pulang ke kosantnya. Sampai-sampai malam Minggupun dengan rela hati dia menunggu di tempat makan mereka berdua untuk bisa menikmati jalan-jalan bersama menghabiskan malam Mingguan dan itu hampir dua tahun hingga hari ini.”Ah…sebenarnya kamu ini kenapa Laras…ada apa denganmu? Lalu tadi kamu naik angkot yang mana dan turun dimana, padahal begitu jelas didepan mataku kamu  naik angkot itu”. Akhirnya menjelang pagi Damar baru bisa tertidur, dan untungnya itu hari sabtu, ia libur dari ngantor hingga bisa leluasa untuk tidur dan istirahat. Menjelang sore hari Damar sudah bersiap diri untuk menemui Laras ditempat biasa, dengan harapan Laras bisa menjelaskan peristiwa kemarin malam sebenarnya dia naik angkot yang mana. Dan Damar sudah bulat tekad mau meminta Laras agar menjelaskan alasan yang sebenarnya mengapa selama ini selalu menolaknya untuk bertemu orantuanya dan memberi tahu alamat kostnya.

Hampir lima belas menit Damar menunggu, Laras akhirnya datang juga, masih nampak letih dan agak pucat, tidak biasanya dia tidak mau duduk”Abang, maafin Laras ya, malam ini Laras gak bisa berlama-lama masih agak kurang sehat, dan besok Laras juga tidak bisa menemani abang ke undangan”. Sambil berdiri disamping Damar Laras memulai pembicaraan, Damar bisa memakluminya karena melihat wajah kekasihnya yang memang nampak kurang sehat.”Ok…abang paham ko, kenapa memaksakan datang?, tapi sebentar abang mau tanya dulu sesuatu, kemarin turun dimana ko abang ikutin angkotnya abang gak lihat kamu turun, padahal sampai keterminal abang ikuti”. Laras Nampak kaget dengan pertanyaan  yang diajukan Damar, dia diam sesaat seperti  inggin menguasai diri dengan keterkejutannya, Damarpun diam menunggu.”ih abang gak ada keerjaan…” jawabnya pendek.”Sudahlah Laras permisi dulu gak enak badan”. Tanpa menunggu jawaban dari Damar Laras terus pergi tergesa-gesa meninggalkan Damar sendirian yang terbengong. Setelah beberapa detik berlalu Damar baru tersadar dan diapun langsung mengejar kearah Laras pergi. Lantai dua dan lantai satu gedung itu sudah dijelajahinya dan Laras menghilang begitu saja……..(biar gak cape bacanya tunda dulu ya, nanti disambung, kemana Laras….dan siapa dia sebenarnya……..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar